07.39

Sigmund Freud: Agama Sebagai Neurosis

SIGMUND FREUD

PSIKOANALISIS-Freud mengemukakan konsepnya mengenai psikoanalisis, yang diklaim olehnya sebagai metode penyembuhan pasien-pasiennya yang mengalami gangguan syaraf (neurosis), yang tidak dapat disembuhkan dengan obat-obatan, namun hanya dengan psikoanalisis yang intens inilah seorang pasien neurosis dapat disembuhkan melalui pendekatan-pendekatan investigasi melalui percakapan mengenai peristiwa yang menyebabkan problem yang dialami pasien. Praktik psikoanalisis ini dimulai dari mendengarkan seorang pasien yang pada setiap janji pertemuan didorong rsa nyaman untuk mengatakan apa saja yang ada di dalam pikiran tanpa suatu rentetan yang logis atau garis cerita. Freud juga berpendapat bahwa setiap orang pada gilirannya pasti akan mengalami neurosis yang berupa mimpi-mimpi dalam tidurnya, mimpi-mimpi ini muncul ketika orang berada pada permukaan kesadaran serta muncul sebuah dorongan atau tekanan yang harus segera dipenuhi seketika itu juga namun tidak dapat terpenuhi, sehingga dorongan itu harus ditekan kedalam bawah sadar yang kemudian muncul dalam bentuk mimpi ataupun dalam bentuk tingkah laku neurosis yang aneh.

AGAMA-Kemudian Freud melihat ada gejala yang hampir sama antara perilaku pasien neurosis dengan perilaku orang beragama (aktivitas keagamaan seseorang). Ada tingkah laku yang aneh, ritual-ritual yang dilakukan secara rutin dan sebagainya. Misalnya, keduanya banyak menekankan pada pelaksanaan hal-hal menurut cara upacara yang terpolakan, keduanya juga merasa bersalah jika tidak mengikuti aturan ritualmereka hingga sempurna. Maka sebagaimana represi pada seks mengakibatkan neurosis obsesional individual, agama, yang dipraktikkan secara luas oleh bangsa manusia, tampaknya merupakan suatu neurosis obsesional universal. Freud berkeyakinan bahwa pilihan untuk beragama merupakan sebuah kesalahan. Freud sendiri adalah seorang atheis natural semenjak awal hidup hingga akhir hayatnya, freud tidak menemukan alasan untuk percaya pada Tuhan dan karena itu dia tidak melihat nilai atau tujuan dalam ritual kehidupan agama. Pada saat yang sama freud menyatakan bahwa kepercayaan terhadap agama adalah tahayul yang menarik. Dalam pandangannya, tingkah laku agama selalu menyerupai penyakit jiwa, dengan demikian, konsep yang paling sesuai untuk menjelaskan agama adalah konsep yang telah dikembangkan oleh psikoanalisis.

TOTEM DAN TABOO-Freud beralih kepada dua praktik orang-orang primitif yang dianggap sangat aneh oleh pikiran modern: penggunaan bunatang “totem” dan adat kebiasaan tentang “taboo”.dalam kasus yang pertama, sebuah suku atau klan memilih untuk mengasosiasikan dirinya dengan binatangt tertentu (atau tumbuh-tumbuhan), yang dianggap sebagai objeknya yang suci, “totem”nya. Taboo yang dimaksud disini pada masa masyarakat primitif berupa, pertama adalah tak diperbolehkan adanya memakan atau membunuh binatang totem, kecuali pada peristiwa seremonial tertentu yang jarang. Kedua ialah tidak boleh inces dengan klan atau keluarga dekat. Di kalangan orang-orang primitif hampir selalu ada sesuatu yang oleh Freud disebut dengan “ketakutan inces”.

THE FUTURE OF AN ILLUSION-Ajaran agama bukanlah kebenaran yang diwahyukan oleh Tuhan, bukan pula kesimpulan logis yang didasarkan pada bukti yang diperoleh secara ilmiah. Sebaliknya, ajaran agama adalah ide-ide yang ciri utamanya adalah bahwa kita sangat menginginkan kebenaran dari ajaran itu. Ajaran-ajaran agama adalah harapan ummat manusia yang paling mendesak, paling kuat, dan paling tua. Rahasia kekuatannya terletak pada kuatnya harapan itu. Ajaran agama harus dilihat sebagai kepercayaan dan peraturan yang cocok untuk bangsa manusia di masa kanak-kanak. Dalam sejarah ummat manusia sebelumnya “pada masa kebodohan dan kelemahan intelektual”, agama tak dapat dihindarkan, seperti masa neurosis yang dilalui oleh setiap individu pada masa kanak-kanaknya. Namun, saat terjadi kegagalan untuk mengatasi trauma dan represi dari kehidupan sebelumnya dan neurosis tetap bertahan hingga masa dewasa. Agama yang masih bertahan hingga sekarang hanya merupakan tanda penyakit, untuk memulai meninggalkannya adalah tanda kesehatan yang pertama, Freud menjelaskan sebagai berikut: ”agama adalah neurosis obsesional universal seperti neurosis obseisonal dari anak-anak, ia muncul dari oedipus kompleks, dari hubungan dengan ayah. Jika pandangan itu benar, dapat diduga bahwa pemalinga dari agama akakn terjadi pada proses pertumbuhan penting yang tak dapat dielakkan, dan bahwa pada titik waktu ini, kita menemukan diri kita dalam pertengahan dari fase perkembangan itu”. Singkatnya, ketika umat manusia masuk dalam kehidupan dewasa, Ia harus membuang agama dan menggantinya dengan bentuk-bentuk pemikiran yang sesuai dengan masa dewasa. Menurut Freud, orang-orang yang dewasa membiarkan hidupnya diatur oleh akal dan sains, bukan tahayul dan agama.

Menurut Freud, Jika kita ingin mengetahui mengapa agama dapat betahan meskipun telah didiskreditkan oleh sains dan filsafat yang lebih baik, maka kita hanya perlu beralih kepada psikoanalisis yang mengatakan kepada kita secara jelas bahwa sumber daya tarik agama yang utama dan sesungguhnya bukanlah pikiran rasional tetapi bawah sadar. Agama muncul dari emosi dan konflik yang berasal dari awal masa kanak-kanak dan berada dibawah permukaan bawah kepribadian yang normal dan rasional. Ia paling paling baik dilihat sebagai neurosis obsessional. Dengan demikian, kita tidak perlu lagi menduga bahwa orang-orang beriman akan meninggalkan keimanan mereka karena agama terbukti irrasional dibandingkan bahwa seorang neurotik akan berhenti dari cuci tangan secara terus menerus karena seseorang telah menunjukkan bahwa tangannya betul-betul telah bersih.

Freud menyatakan bahwa agama hanya muncul sebagai respon terhadap konflik dan kelemahan emosional yang dalam, ia menegaskan bahwa semua ini sebenarnya merupakan sebab yang fundamental sesungguhnya, akibatnya setelah psikoanalisis memecahkan persoalan tersebut secara ilmiah, kita dapat berharap ilusi agama betul-betul secara alami menghilang dari pandangan manusia.

1 komentar:

nisa mengatakan...

ass...

informasi anda sangat bagus..
disini saya ingin bertanya..
1. bgaimana menurut analisis saudara mengenai menjamurnya aliran sesat di INdonesia dlm prespektif Freud?

2.bgmnana anda melihat aspek psikologis seseorang yg melakukan penistaan agama??
trims..mohon dibalas

kirim di email saya
cieroen.cieroen@yahoo.co.id

terima kasih..