23.57

Reality Show: Ketika Ruang Privat dan Ruang Publik Tak Dapat Dipisahkan

Menyaksikan acara-acara reality show yang akhir-akhir ini kian marak, sedikit memberikan warna baru dalam dunia pertelevisian di tanah air kita tercinta ini. Sebenarnya acara reality show bukanlah hal baru lagi bagi masyarakat. Mengingat sudah beberapa tahun yang lalu acara reality show sudah muncul di televisi, hanya saja masih belum begitu marak. Konsep acara yang disuguhkan merupakan sebuah reality (fakta/realita) kehidupan seseorang (klien) yang mengikuti acara tersebut. Sehingga seakan-akan acara yang ditampilkan benar-benar real (nyata). Tema acara reality show tersebut memiliki cirikhas masing-masing, sebagian ada yang mengangkat tema kemanusiaan, cinta, keluarga, kemiskinan dst. Dengan keunikan seperti yang telah disebutkan diatas, maka membuat para pemirsa televisi menjadi tertarik dan merasa terhibur oleh suguhan acara tersebut.

Namun satu hal yang menarik untuk dicermati disini adalah tayangan tersebut berusaha untuk menampilkan kehidupan (realitas) seseorang lewat suatu acara yang dapat dikonsumsi oleh public. Dimana sisi-sisi privat seseorang yang seharusnya menjadi “rahasia dapur” menjadi diketahui oleh banyak orang. Pada masa sekarang, tabir pembatas antara privat dan public atau sacral dan profane menjadi tak kasat mata, seolah-olah semuanya telah melebur dan larut menjadi satu kesatuan yang sulit untuk dipisahkan. Dunia kini menjadi seperti satu genggaman. Mudah sekali untuk dikendalikan oleh orang-orang yang memiliki kekuasaan (power). Betapa seseorang dengan mudahnya dieksploitasi dalam bentuk yang sangat halus seakan-akan dirinya seperti dibantu namun justru terdapat “fungsi laten”, ada maksud tersembunyi dari situ untuk mengambil keuntungan dari penderitaan atau kesulitan orang lain dengan topeng membantu orang yang sedang membutuhkan bantuan tersebut. Mereka sepertinya sudah tidak mempedulikan lagi bagaimana menyajikan acara yang benar-benar bermanfaat bagi penonton dan tidak merugikan pihak tertentu. Jika diperhatikan lebih lanjut, hanya ada beberapa saja acara reality show yang cukup bagus dan berbeda dengan reality show yang lain, akan tetapi jumlahnya pun tak lebih dari hitungan jari satu tangan saja. Semoga kita dapat lebih cermat dan cerdas dalam memilih tayangan di televisi, khususnya acara reality show.

20.18

Ini Kampus Apa Kampung??

“Assalamu’alaikum…minta uang nak…”J

Mungkin kita sudah sering sekali mendengar kalimat tersebut ketika sedang berada di kampus Unesa Ketintang, kalimat tersebut keluar dari mulut seorang nenek tua yang jalannya sudah sangat terlihat kesulitan karena telah dimakan usia. Tubuhnya yang sudah sedikit membungkuk karena tulang-tulangnya yang sudah tak mampu lagi menopang tubuhnya dengan sempurna. Dan tanpa maksud merendahkan, menghina atau sejenisnya, nenek ini memiliki “cirikhas” yakni posisi kepala yang sedikit miring ke kiri (kalau tidak salah). Setiap orang yang ditemuinya baik di jalanan dekat kampus atau di dalam area kampus selalu tak pernah luput dengan sapaan khasnya diatas tadi, “Assalamu’alaikum…minta uang nak…”. Bahkan kita mungkin juga sudah sangat hapal, atau justru malah sudah bosan, dengan habit tersebut. (sabar aja yaah….)

Lalu ada lagi perempuan setengah baya yang berusia sekitar kepala 4. tubuhnya subur dan warna kulitnya sedikit pekat, lalu mimik wajah perempuan tersebut membuat orang mudah iba dan belas kasihan padanya. Sekali lagi, tanpa ada maksud untuk menghina, meremehkan, merendahkan atau yang sejenisnya, saya hendak mencoba untuk menggambarkan kondisi yang sesungguhnya (fakta). Dan satu hal yang cukup menarik disini buat saya adalah alasan perempuan tersebut ketika meminta uang kepada orang-orang selalu berbeda-beda, yang saya amati di setiap kesempatan hampir selalu berbeda alasan yang diucapkannya. Yang saya ingat antara lain “mas…kasihan mas…saya belum makan 3 hari mas….”, lalu ada lagi “mas….kasihan mas…saya sakit harus dioperasi mas, saya ndak ada uang mas….” Dan satu lagi “mas…kasihan mas…saya ndak punya suami mas…..saya belum makan…”. Kurang lebih seperti itulah gambarannya. Dan juga ketika telah diberi uang maka dengan serta merta perempuan tersebut akan mendoakan dengan cukup panjang untuk orang yang memberi uang. Dan hampir pasti orang yang memberi uang akan merasa senang didoakan yang baik-baik oleh perempuan tersebut. Tapi semoga saja tidak mengurangi keikhlasan dalam besedekah kepada yang benar-benar membutuhkan.

Tidak hanya itu saja, bahkan hal tersebut terasa semakin lengkap dengan adanya kehadiran pemulung-pemulung nyasar yang gak jelas dan juga para penjual jajanan keliling (kerupuk, jajan pasar dst) yang berada di dalam lingkungan kampus. Sampai disini yang membuat saya heran adalah bagaimana bisa orang-orang tersebut berkeliaran di lingkungan kampus?? Apakah seperti ini cerminan lingkungan kampus yang ideal di zaman yang semakin modern ini?? Dalam pandangan saya, orang-orang tersebut tidak sepenuhnya dapat disalahkan, mereka sebenarnya hanya kurang tahu, dan didukung pula oleh pihak-pihak di kampus yang berwajib untuk menangani persoalan tersebut yang kurang sigap dan tanggap atau bahkan mungkin cuek saja. Dan kemudian dalam beberapa momen saya segera berpikir lagi, ini kampus atau kampung sih???

20.16

Pikirkan dan Syukurilah!

Artinya, ingatlah setiap nikmat yang Allah anugerahkan kepada Anda. Karena Dia telah melipatkan nikmat-Nya dari ujung rambut hingga ke bawah kedua telapak kaki.

{Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan sanggup menghitungnya.} (QS. Ibrahim: 34)

Kesehatan badan, keamanan negara, sandang pangan, udara dan air, semuanya tersedia dalam hidup kita. Namun begitulah, Anda memiliki dunia, tetapi tidak pernah menyadarinya. Anda menguasai kehidupan, tetapi tak pernah mengetahuinya.

{Dan, Dia menyempurnakan nikmat-Nya kepadamu lahir dan batin.} (QS. Luqman: 20)

Anda memiliki dua mata, satu lidah, dua bibir, dua tangan dan dua kaki.

{Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan?} (QS. Ar-Rahman: 13)

Apakah Anda mengira bahwa, berjalan dengan kedua kaki itu sesuatu yang sepele, sedang kaki acapkali menjadi bengkak bila digunakan jalan terus menerus tiada henti? Apakah Anda mengira bahwa berdiri tegak di atas kedua betis itu sesuatu yang mudah, sedang keduanya bisa saja tidak kuat dan suatu ketika patah? Maka sadarilah, betapa hinanya diri kita manakala tertidur lelap, ketika sanak saudara di sekitar Anda masih banyak yang tidak bisa tidur karena sakit yang mengganggunya? Pernahkah Anda merasa nista manakala dapat menyantap makanan lezat dan minuman dingin saat masih banyak orang di sekitar Anda yang tidak bisa makan dan minum karena sakit?
Coba pikirkan, betapa besarnya fungsi pendengaran, yang dengannya Allah menjauhkan Anda dari ketulian. Coba renungkan dan raba kembali mata Anda yang tidak buta. Ingatlah dengan kulit Anda yang terbebas dari penyakit lepra dan supak. Dan renungkan betapa dahsyatnya fungsi otak Anda yang selalu sehat dan terhindar dari kegilaan yang menghinakan. Adakah Anda ingin menukar mata Anda dengan emas sebesar gunung Uhud, atau menjual pendengaran Anda seharga perak satu bukit? Apakah Anda mau membeli istana-istana yang menjulang tinggi dengan lidah Anda, hingga Anda bisu? Maukah Anda menukar kedua tangan Anda dengan untaian mutiara, sementara tangan Anda buntung? Begitulah, sebenarnya Anda berada dalam kenikmatan tiada tara dan kesempumaan tubuh, tetapi Anda tidak menyadarinya. Anda tetap merasa resah, suntuk, sedih, dan gelisash, meskipun Anda masih mempunyai nasi hangat untuk disantap, air segar untuk diteguk, waktu yang tenang untuk tidur pulas, dan kesehatan untuk terus berbuat. Anda acapkali memikirkan sesuatu yang tidak ada, sehingga Anda pun lupa mensyukuri yang sudah ada. Jiwa Anda mudah terguncang hanya karena kerugian materi yang mendera. Padahal, sesungguhnya Anda masih memegang kunci kebahagiaan, memiliki jembatan pengantar kebahagian, karunia, kenikmatan, dan lain sebagainya. Maka pikirkan semua itu, dan kemudian syukurilah!

{Dan, pada dirimu sendiri. Maka, apakah kamu tidak memperhatikan.}

(QS. Adz-Dzariyat: 21)

Pikirkan dan renungkan apa yang ada pada diri, keluarga, rumah, pekerjaan, kesehatan, dan apa saja yang tersedia di sekeliling Anda. Dan janganlah termasuk golongan

{Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka mengingkarinya.}

(QS. An-Nahl: 83)

00.31

Kuliah = Gelar?? Kerja = Uang?? Pilih Mana??

Hampir setiap orang pernah dihadapkan pada dua hal yang diharuskannya untuk memilih, susah memang apalagi kalau dua pilihan itu sulit. Seperti pilihan antara kuliah dan kerja. Khsusnya buat anak-anak SMA yang baru aja lulus atau yang akan segera lulus. Namun sesusah apapun selalu ada setitik terang untuk mencari pilihan yang tepat. Bagi yang memilih untuk kuliah mungkin lebih mementingkan factor akademik karena latar belakang keluarga yang mampu secara ekonomi, tapi bagi yang memilih kerja mungkin lebih disebabkan oleh factor ekonomi keluarga yang kurang mampu. Namun perlu diperhatikan juga, minat dan karakter diri kita masing-masing. Kita juga harus jujur pada diri kita sendiri tentang siapa dan bagaimana diri kita, maksudnya siapa dan bagaimana yakni bagaimana latar belakang keluarga dan diri kita khususnya, misal saja kita berasal dari keluarga yang pas-pasan tidak terlalu mampu tapi juga tidak terlalu papa, lalu kita selama di bangku sekolah memiliki prestasi yang pas-pasan juga, tidak pernah rangking dsb. Mungkin pilihan kerja menjadi sangat tepat. Atau misal juga kita berasal dari keluarga yang kurang mampu namun prestasi akademik kita selama ini cukup lumayan atau bahkan membanggakan, dengan mengumpulkan tekad maka pilihan untuk kuliah bisa menjadi anak tangga yang tepat dalam rangka menapaki kehidupan ini. Yang penting jangan pernah menyerah dengan keadaan sekalipun itu sangat menyulitkan. Tetap optimis dan terus berjuang. Karena ketika ada kemauan disana akan ada jalan, if there is a will there is a way. Kuliah tidak selau identik dengan masyarakat intelektual dna kerja tidak melulu diasumsikan bahwa orang itu tidak mampu atau tidak pintar. Dalam menentukan pilihan ini haruslah benar-benar cermat. Sekali lagi, gunakan pertimbangan-pertimbangan yang logis dalam menentukan pilihan dan berdoalah memohon petunjuk pada Tuhan Yang Maha Memberi Petunjuk pada semua HambaNya. Saya tekankan juga disini bahwa jika kita kuliah maka bertekadlah untuk total dalam dunia akademik, dan jangan setengah-setengah. Dan jika kita kerja maka bertekadlah untuk total dalam dunia pekerjaan, dan jangan setengah-setengah. Selamat memilih!!

00.26

Indonesia Tuan Rumah Piala Dunia???

Mungkin reaksi kita berbeda-beda waktu pertama kali dengar statement itu, ada yang apatis, surprise, pesimis, atau bahkan optimis. Nggak ada salahnya memang memiliki cita-cita setinggi langit, asalkan target yang dicita-citakan itu realistis dan ada langkah nyata untuk menggapainya. Sebenarnya kalau kita amati potret dunia sepak bola dalam negeri ini harapan untuk menjadi Host Piala Dunia itu masih terlalu muluk, gimana nggak, wasit yang kurang professional, manajemen tim yang masih belum efisien, kerusuhan baik di dalam maupun di luar pertandingan, infrastruktur stadion yang sangat tidak representative, dan juga prestasi Timnas Merah Putih yang belum bersinar di pentas Internasional. Selain itu, kinerja PSSI selaku badan yang menaungi persepakbolaan Indonesia masih kurang optimal, dari tahun ke tahun progress yang terlihat hampir tidak signifikan sama sekali, contoh kecil saja dalam mengurusi Kompetisi Liga Indonesia yang selalu ada problem-problem yang hampir sama tiap tahunnya, supporter, sanksi larangan bermain bagi pemain, dsb. Beruntung kini ada sedikit perbaikan dengan dibentuknya BLI yang memiliki tugas mengurusi Liga sehingga tugas PSSI lebih ringan. Belum lagi kalau kita berkaca pada prestasi Timnas yang semakin hari semakin merosot prestasinya, ketika negara-negara lain getol melakukan pembinaan secara serius untuk mendongkrak prestasi Timnas mereka, maka imbasnya pun prestasi mereka terlihat ada peningkatan yang cukup signifikan, kebijakan yang diterapkan pun juga tepat dan tidak subjektif. Memang segalanya membutuhkan proses untuk berubah menjadi lebih baik lagi daripada sebelumnya, dan semoga saja tekad untuk menjadi Host Piala Dunia ini membuat dunia persepakbolaan di tanah air berubah menjadi lebih baik lagi. Lalu kira-kira apakah FIFA benar-benar yakin memberikan kepercayaan kepada Indonesia sebagai Hos Piala Dunia?semoga saja iya…